Lanjutan dari postingan sebelumnya di sini Trip to Yogyakarta 29-31 Maret 2018 – Part 1 (Transportasi & Akomodasi)
Pesawat kami sampai jam 6.45 on time, jadi kami keluar bandara jam 7 kurang, langsung ketemu dengan driver rental mobilnya.
Saya sudah bikin plan untuk makan di soto bathok, yang menurut google dari bandara ga jauh, paling 10 menit. Tapi kata driver-nya, soto itu kurang enak, dan dia rekomendasikan soto kadipiro atau soto apa gitu lah.
Singkat kata, kita makan soto di warung pinggir jalan. Di meja makannya, disajikan gorengan tempe, tahu, dan jeroan. Tempe-nya baru mateng masih hangat, dengan rasa bawang putih dan asin yang light. Si koko yang doyan tempe, makan tempe nya 2 pcs,..
Pesan 5 soto ayam, 1 soto daging, 2 perkedel, 1 tahu, 5 tempe, 3 nasi putih, total kerusakannya 69 ribu. Makan yang murah meriah. Rasanya : standard aja sih, tipe soto bening, yang isinya irisan daging, soun dan kering kentang.
Selesai sarapan, kami menuju ke jeep merapi tour, perjalanan sekitar 45 menit dari tempat sarapan. Sebelumnya udah order via wa ke Lava Merapi Tour, dan udah diputuskan oma tidak ikut tripnya, krn takut medannya tidak cocok untuk orang tua, sehingga dua oma menunggu di base camp-nya, dan yang ikut trip hanya kami berempat (saya, pak suami dan 2 bocah).

Kami pilih yang short trip (total trip 1-1,5 jam), mengunjungi 3 lokasi. Lokasi pertama adalah museum yang isinya rumah penduduk yang kena letusan merapi dan barang2 yang masih tersisa. Di depan rumah tsb ada tengkorak sapi.
Penilaian pertama saya, ini tidak cocok untuk bocah saya, yang belum belajar sejarah letusan merapi, di dalam rumah tsb cukup berdebu, sehingga bocah bersin2.
Ya cukup tau aja, kita di sana juga tidak lama, krn tidak banyak yang dilihat dan bocah juga blm mengerti apa yang diexplore dalam museum tersebut.
Lokasi perhentian kedua adalah Batu Alien. Sebenernya cuman batu besar, yang katanya mirip sama muka manusia, padahal sih biasa aja ah, hahaha,… #efektidakpunyajiwaseni
Cuacanya enak adem, ya karena di gunung kali ya. Di sana cuma foto2 aja sih, dan berfoto bareng burung hantu (bayar 10 ribu). Lumayan lah untuk refreshing udaranya enak. Di lokasi ini ketemu banyak rombongan, sehingga malas lama2, terlalu banyak orang.
Bonus foto, si bocil lagi bergaya :

Menuju lokasi ketiga, jalanan tambah parah lonjakannya. Saya sih ga suka hahaha (efek mama pemalas, sukanya liburan cuman tiduran di hotel, ga suka aktivitas fisik :P), tapi anak2 sih seneng2 aja, katanya mereka suka naek jeep :(.
Lokasi ketiga adalah Bunker Kaliadem, tapi saya ga mau masuk bunker, dg 2 bocah yang ga bisa diam, kayanya ga cocok masuk ke dalam bunker. Untuk foto2 juga medannya agak sulit, menanjak dan berbatu, agak bahaya jika tidak hati2.
Pemandangan Gunung Merapi dari Bunker Kaliadem :

Selesai lokasi ketiga, kembali ke perjalanan ke basecamp. Dalam perjalanan, ketemu 2-3 jeep yang mogok di tengah jalan.
Sampai ke basecamp disediakan air mineral, teh atau kopi.
Tips untuk yang mau wisata jeep : pake sunblock, pake masker, dan pilih agent jeep yang bonafid untuk menghindari resiko mogok di tengah jalan, dan tidak cocok untuk anak kecil usia TK yang belum belajar sejarah gunung merapi.
So far trip jeep merapi cukup menyenangkan, coba sesuatu yang baru, tapi karena faktor U, berasa juga badan dan punggung pegal2 akibat medan off road yang guncangannya bikin sakit badan :(.
Selesai wisata jeep, kami mencari tempat makan siang, dan makan di Waroeng of Raminten di jalan Kaliurang.
Dari luar, restonya terlihat kecil, di ruangan depan hanya ada 1 meja, namun di belakangnya ternyata luas, ada meja dan juga ada lesehannya. Pegawainya berseragam blankon, dan banyak hiasan nuansa jawa di dalam resto.
Menu makanannya MURAH kaka,.. jadi saya pesan cukup banyak makanan, karena pikir dengan harga segitu, porsinya mungkin tidak banyak.
Taunya ketika datang, porsinya besar, dan kami semua kekenyangan untuk menghabiskan semua makanan :D.
Ayam Koteka dan Ayam Kecombrang :
Ayam koteka itu, semacam dada ayam giling, disteam pake telur dadar. Rasanya sih plain aja ya, kurang tasty. Ayam kecombrangnya enak, suwiran dada ayam ditopping sambal kecombrang.
Tumis Sawi 3 Rasa & Tumis Genjer :
Tumis sawinya enak, ada yang ditumis di bagian bawah, ditaburi dada ayam suwir goreng dan irisan daun sawi goreng. Tumis genjernya juga enak, ditumis sedikit pedas, dengan rasa terasi yang light.
Total kerusakan yang kami bayarkan untuk ayam koteka, ayam kemangi, jamur goreng crispy, sup iga, bandeng goreng, plecing kangkung, tumis genjer, sawi 3 rasa, nasi putih 4 porsi, es dawet, es segar, dan 3 gelas teh hangat cuman 210 ribuan aja.
Sambil menunggu makanan datang, bisa shopping di Hamzah batik (lokasinya bersebalahan, krn yang punya-nya sama).
Secara keseluruhan restonya enak untuk bersantai bersama keluarga, ada kolam ikan di outdoornya, rasa makanan sih standard (enak tapi tidak special banget), dengan harga dan porsi makanan sih worth it lah. Kekurangannya cuman satu, penyajiannya agak lama, untungnya kami datang belum terlalu lapar, jadi dimaafkan kekurangannya.,
Tips untuk berkunjung ke Ramintern, datangnya 1 jam sebelum makan siang, jadinya masih belum terlalu lapar, dan bisa menikmati suasana sambil menunggu makanan datang. Kalo pas lapar, saya takutnya udah emosi duluan,. Maklum orang kalo lagi lapar cepat emosi dan galak hahaha (self reminder 😀).
Setelah kenyang makan, kita menuju Candi Borobudur, perjalanan kurang lebih 1 jam, sampe sana sekitar jam 2 siang. Mataharinya malu2, kadang terik, kadang adem dan berangin.
Tiket masuk ke Borobudur, dewasa 40 ribu, anak2 20 ribu, lansia gratis.
Perjalanan menuju candi Borobudur sekarang bagus dan rapi ya, ada taman2, sehingga tidak berasa jauh untuk menuju candi. Well terakhir saya ke candi Borobudur udah lebih dari 10 tahun sih, no wonder lah ya udah banyak berubah hehe.
Begitu sampe ke depan candi, mulai deh perjuangannya, untuk menapaki tangga demi tangga dengan nafas ngos2an,.. (maklum olah raga hanya seminggu sekali, gini deh jadinya hihihihi).
Akhirnya berhasil juga sampai tangga tertinggi,.. masih bagus sih view dari atas, foto2 sebentar, dan krn si bocah yang suka lari2, dan matahari yang belum bersahabat, kita tidak lama di atas, krn panas booo,.. dan khawatir si bocah lari2 malahan jatuh ke bawah, bahaya.
Sekarang di Borobudur sudah tidak boleh memegang stupa, karena dikhawatirkan batunya rusak dan mulai rapuh, jadi demi keamanan, tidak boleh pegang2 batunya lagi.
Perjalanan menuju pintu keluar, malesin banget ya, diputar2 ke toko2 souvenir yang banyak banget, dengan jenis jualan yang sama. Lumayan jauh pula muternya ,.. GRrrrrrrrrrrr 😦
Yang kurang berkesan di sini adalah banyakan pedagang di depan pintu gerbang yang cenderung memaksa, dan jalanan keluar yang mutar2 toko souvenir (untungnya pedagang di sini sih quite polite, hanya panggil2 dan tidak memaksa).
Sekian wisata hari pertama, sampai hotel sekitar jam 5-an, mandi, istirahat sebentar, dan lanjut makan malam.
Kita makan malam di Gajah Wong, yang lumayan terkenal dengan high class resto di Yogya. Dari depan sih tidak terlihat seperti resto mewah, ada bbrp ruangan outdoor dan indoor dengan live music.
Jenis makanannya perpaduan western dan Indonesian food, harganya cukup premium untuk ukuran Yogya, namun buat selera kami, rasanya kurang berkesan di lidah.
Selama menunggu makanan datang, dikasih kripik singkong.
Beberapa menu yang kami pesan : Nasi Goreng Sate, Opor Ayam (+Lontong) dan Salad Gajah Wong
Total makan malam hari ini hampir 500 ribu, ya setara lah kalo kita makan di café di Jakarta/Bandung.
Buat yang ingin menikmati dinner romantic bareng pasangan, boleh lah tempat ini dijajaki, tapi kalo untuk makan dengan anak sih kurang cocok.
Selesai hari pertama, kita lanjutkan hari kedua di postingan berikutnya,..